Analogi
1. Pengertian Analogi
Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyampaikan atau memperbandingkan suatu fakta khusus dengan fakta khusus lain.
Pemikiran ini juga biasa disebut pemikiran melalui persamaan atau pemikiran melalui analogi, atau disebut analogi logis.
Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain, demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat 3 unsur yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat, dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
Contoh dari penyimpulan analogik adalah:
Kita mengetahui betapa kemiripan yang terdapat antara bumi yang kita tempati ini dengan planet-planet lain, seperti Saturnus, Mars, Yupiter, Venus, Merkurius. Planet-planet ini kesemuanya mengelilingi matahari sebagaimana bumi, meskipun dalam jarak dan waktu yang berbeda, semuanya meminjam sinar matahari, sebagaimana bumi, sehingga padanya juga berlaku pergantian siang dan malam. Sebagiannya mempunyai bulan yang memberikan sinar manakala matahari tidak muncul dan bulan-bulan ini meminjam sinar matahari sebagaimana bulan pada bumi. Mereka semua sama, merupakan subyek dari hukum gravitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yang sangat dekat antara bumi dengan planet-planet tersebut maka kita tidak salah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar planet-planet tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup.
2. Macam – Macam Analogi
Analogi dibedakan menjadi dua macam yaitu:
2.1 Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif atau biasa disebut dengan analogi penjelas merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan.
Contoh:
Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah.
otak itu menciptakan pikiran sebagaimana buah ginjal mengeluarkan air seni.
Di sini orang hendak menjelaskan struktur ilmu yang masih asing bagi pendengar dengan struktur rumah yang sudah begitu dikenal. Begitu pula penjelasaan tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih samar dijelaskan dengan hubungan antara buah ginjal dan air seni.
2.2 Analogi Argumentatif
Analogi Argumentatif metode yang didasarkan pada kesimpulan bahwa apabila suatu hal mempunyai satu atau lebih ciri yang sama seperti terdapat pada suatu hal lain. Maka ciri-ciri lainnya dari hal yang pertama itu juga dimiliki oleh hal yang kedua tersebut
Dengan kata lain, analogi jenis ini merupakan analogi yang disusun berdasarkan persamaan principal yang ada pada dua fenomena, kemudia ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama ada juga pada fenomena yang kedua. Analogi argumentatif juga biasa disebut dengan analogi induktif.
Contoh:
Anjing hitam menyalak, mengejar orang dan menggigit.
Anjing coklat menyalak dan mengejar orang.
Walaupun analogi argumentatif tidak pernah dapat dikatakan “valid”, dalam arti bahwa kesimpulan dari argument-argument itu bersumber pada premis-premisnya dengan keniscayaan analogikal, namun terhadap argument-argument analogikal itu kita dapat menyatakan bahwa argument yang satu lebih meyakinkan ketimbang yang lainnya. Analogi argumentatif dapat dinilai berdasarkan probabilitas tentang sejauh mana argument tersebut mendukung kesimpulannya.
3. Cara Menilai Analogi
Dalam sebuah analogi, diperlukan alat ukur untuk mengukur keterpercayaan dari analogi tersebut. Adapun untuk mengukur keterpercayaan sebuah analogi dapat diketahui dengan alat berikut:
3.1 Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan.
Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf keterpercayaanya. Semisal si A menggunakan jasa sebuah biro penerbangan dan ternyata pelayanannya tidak memberikan kepuasan pada si A, maka atas dasar analogi, si A menyarankan kepada temannya untuk tidak menggunakan biro penerbangan yang sama dengan yang digunakan tadi. Analogi si A akan semakin kuat dengan adanya si B yang juga tidak merasa puas dengan biro penerbangan tersebut. Analogi menjadi semakin kuat lagi setelah ternyata si C, D, E, F dan G juga mengalami hal yang serupa.
3.2 Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi.
Contohnya: tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.
Sifat dari analogi yang kita buat.
Sebagai contohnya apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan baakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.
4 Analogi yang Pincang
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer, namun tidak semua penalaran analogi merupakan penalaran induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.
4.1 kekeliruan pada analogi induktif adalah sebagai berikut:
Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur.
Di sini naik pesawat terbang ditakuti karena sering menimbulkan petaka yang menyebabkan maut. Sedangkan orang tidak takut tidur di tempat tidur karena jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah ada orang menemui ajalnya karena kecelakaan tempat tidur. Orang meninggal di tempat tidur bukan disebabkan kaecelakaan tempat tidur tetapi karena penyakit yang diidapnya. Jadi di sini orang menyamakan dua hal yang sebenarnya berbeda.
4.2 Berikut contoh kekeliruan pada analogi deklaratif:
Negara kita sudah sangat banyak berutang. Dengan pembangunan 5 tahun kita harus menumpuk utang terus menerus dari tahun ke tahun. Pembangunan 5 tahun ini memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin sarat (dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara, kita tidak ingin tenggelam dan mati bukan? Karena itu kita lebih baik tidak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu melaksanakan pembangunan 5 tahun.
Di sini seseorang tidak setuju dengan pembangunan 5 tahun yang sedang dilaksanakan dengan analogi yang pincang. Memang Negara kita perlu melakukan pinjaman untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin sehingga dapat meningkatkan devisa Negara. Dengan demikian penghasilan per kepala akan meningkat dibanding sebelumnya, demikian seterusnya dari tahun ke tahun sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai. Pembicara di sini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak memperhitungkan segi-segi positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.
4.3 Sebuah analogi yang pincang dapat pula ditemui dalam pernyataan berikut:
Orang yang sedang belajar itu tidak ubahnya seorang mengayuh biduk ke pantai. Semakin ringan muatan yang ada dalam biduk semakin cepat ia akan sampai ke pantai. Diperlakukannya SPP itu tidak ubahnya memberikan muatan pada biduk yang sedang dikayuh, jadi memperlambat jalan biduk menuju pantai. Agar tujuan orang yang belajar lekas sampai maka seharusnya kewajiban membayar SPP dihapus.
Analogi ini pincang karena hanya memperhatikan beban yang harus dibayar oleh setiap pelajar, tidak memperhitungkan manfaat kewajiban membayar SPP secara keseluruhan.
Analogi pincang model kedua ini amat banyak digunakan dalam perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertaahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar.
5. Ada beberapa Tipe dalam Sinonim yaitu :
5.1 Tipe Sinonim
Analogi tipe ini berupa analogi yang soalnya terdiri dari komponen yang memiliki arti sama.
Contoh:
Jumbo : Besar = Kerdil : Cebol
Jelas bahwa sinonim dari jumbo adalah besar sehingga jawabannya juga harus berupa pasangan sinonim.
5.2 Tipe Antonim
Analogi tipe ini berupa analogi yang soalnya terdiri dari komponen yang memiliki arti berlawanan.
Contoh:
Panas : Dingin = Ramai : Sepi
Jelas bahwa antonim dari kata panas adalah dingin sehingga jawabannya juga harus berupa pasangan yang berbeda arti.
5.3 Tipe Sifat Benda
Analogi tipe ini berupa analogi yang soalnya terdiri dari komponen yang menjelask.an benda dan sifatnya atau sebaliknya.
Contoh:
Api : Panas = Es : Dingin
Jelas bahwa sifat dari benda api adalah panas sehingga jawabannya juga harus berupa pasangan yang menjelaskan benda dan sifatnya.
5.4 Tipe Kelengkapan lnformasi
Analogi tipe ini berupa analogi yang soalnya terdiri dari komponen yang menjelaskan detail informasi subyek utama.
Contoh:
Indonesia : Jakarta : Rupiah = Malaysia :
Kuala Lumpur : Ringgit
Jelas bahwa Indonesia adalah suatu negara yang beribukota di Jakarta dan memiliki mata uang rupiah sehingga jawabannya juga harus berupa pasangan yang menjelaskan detail informasi yang serupa.
5.5 Tipe Umum - Khusus
Analogi tipe ini bisa dikatakan juga analogi bagian, di mana soal berisi tentang informasi umum dan bagiannya yang lebih khusus.
Contoh:
Rumah : Jendela = Mobil : Setir
Jelas bahwa salah satu bagian dari rumah adalah jendela sehingga jawabannya harus berupa analogi yang rnemiliki detail serupa.
5.6. Tipe Khusus - Umum
Analogi tipe ini merupakan kebalikan dari tipe di atas.
5.7. Tipe Fungsional
Analogi tipe ini berupa analogi yang soalnya menjelaskan tentang benda dan
fungsinya.
Contoh:
Pensil : Tulis = Pisau : Potong
Jelas bahwa pensil digunakan untuk menulis sehingga jawabannya juga harus berupa analogi yang serupa.
5.8. Tipe Berpasangan
Analogi tipe ini menempatkan dua atau lebih informasi yang berbeda, yang memiliki pasangan pada kunci jawaban.
Contoh:
Jepang : Indonesia = Yen : Rupiah
Jelas bahwa informasi pada soal adalah tentang negara dan mata uang. Informasi mata uang berada pada kunci jawaban. Sehingga setelah digabungkan akan terbentuk suatu informasi yang utuh bahwa mata uang Jepang adalah Yen, dan mata uang Indonesia adalah Rupiah
5.9. Tipe Perbandingan Seimbang
Analogi tipe ini menempatkan informasi yang memiliki suatu pola khas sehingga harus mendapatkan analogi atau jawaban yang memiliki pola yang sama.
Contoh:
Senin - Rabu : Januari - Maret
Jelas bahwa Rabu adalah hari kedua setelah
Senin. Sehingga jawabannya harus memiliki
pola serupa, yaitu "kedua setelah".
Contoh Soal
1. KAKA TUA : MERPATI
A. Anjing : Herder
B. Gurame : Kakap
C. Gajah : Semut
D. Singa : Naga
E. Elang : Kupu-kupu
Jawaban B
KAKA TUA : MERPATI (kelompok burung)
Gurame : Kakap (kelompok ikan)
2. BELAJAR : PANDAI
A. Cetak : Kertas
B. Berpikir : Arif
C. Potret : Kamera
D. Litografi : Batu
E. Cetak : Tinta
Jawaban B
BELAJAR : PANDAI (agar pandai harus banyak belajar)
BERPIKIR : ARIF (agar arif harus banyak berpikir)
3. KAMPUNG : SAWAH
A. Kampus : Perpus
B. Kota : Gedung
C. Sawah : Padi
D. Bumbu : Dapur
E. Reserse : Polis
Jawaban B
KAMPUNG : SAWAH (sawah hanya sering dijumpai di kampung )
KOTA : GEDUNG (gedung hanya sering dijumpai di kota)
4. JANJI : BUKTI
A. Ucapan : Tindakan
B. Maling : Penjara
C. Materi : Soal
D. Harta : Kendaraan
E. Tuan : Tuhan
Jawaban A
JANJI : BUKTI (janji harus disertai/ perlu bukti)
UCAPAN : TINDAKAN (ucapan harus disertai tindakan)
5. SUNGAI : JEMBATAN
A. Markah : Jalan
B. Rintangan : Godaan
C. Janji : Tepati
D. Kayu : Terbakar
E. Masalah : Jalan Keluar
Jawaban A
SUNGAI : JEMBATAN (agar bisa melewati sungai, harus mencari jembatan)
MASALAH : JALAN KELUAR (agar bisa melalui mesalah, harus mencari jalan keluar)