Masa Islam di Indonesia
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
1 Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Setelah pengaruh Kerajaan Hindu-Budha mulai surut, muncul kerajaan-kerajaan islam di Nusantara. Misalkan saja, semenjak pengaruh Kerajaan Sriwijaya mulai menurun, mubaligh-mubaligh yang telah memeluk agama Islam terlebih mulai semakin gencar menyebarkan agama islam ini di sekitar Malaka, dan puncaknya terdapat beberapa kerajaan islam di sekitar selat malaka, seperti Kerajaan Perlak, Kerajaan Malaka, dan Kerajaan Samudra Pasai.
Begitu juga di pulau jawa, semenjak Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran, terdapat kerajaan islam yang muncul, seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Islam Mataram, Kerajaan Islam Cirebon, Kerajaan Islam Banten, dan lainnya.
Kerajaan-kerajaan tersebut pastinya memiliki banyak sekali pengaruh di masanya. Agar Anda tidak penasaran dengan kerajaan-kerajaan islam yang pernah berdiri di Indonesia, kami akan memberikan sedikit paparan terkait beberapa kerajaan tersebut. Berikut beberapa kerajaan islam di Indonesia yang harus Anda ketahui.
-
Kerajaan Perlak
Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama yang berdiri di Indonesia, yang pada saat itu dikenal dengan nusantara. Pada saat itu Perlak merupakan salah satu kota dagang yang sangat terkenal. Raja pertama dari kerajaan ini, yaitu Sultan Alauddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Kerajaan Perlak atau Kerajaan Peureula ini didirikan sekitar petengahan abad ke-9 M.
Sedangkan menurut Ishak Makarani Al Fays, Kerajaan ini didirikan pada 1 Muharram 225 H (840 M). Terdapat beberapa bukti tertulis yang menyebutkan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama di Indonesia.
- Tazkirah Thabakat Jumu Sultan as Salathin, naskah yang dikarangan oleh Syeh Syamsul Bahri Abdullah.
- Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai, naskah yang dikarangan oleh Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin.
- Idharatul Haq fi Mamlakatil Farlah wa Fasi, naskah yang dikarang oleh Abu Ishak Makarani Al Fasy.
Ketiga naskah tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Perlak merupakan kerajaan islam pertama di Indonesia. Terdapat beberapa peninggalan dari kerajaan ini, yaitu,
Makam Raja Benoa
Pada batu nisan Raja Benoa (Benoa merupakan salah satu bagian dari Kerajaan Perlak) ditulis menggunakan huruf arab. Makan Raja Benoa ini terletak di tepi Sungai Trenggulona. Diperkirakan nisan ini dibuat sekitar abad ke-4 H tau ke-5 H.
Mata uang perlak
Merupakan mata uang tertua di nusantara, mata uang ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu terbuat dari tembaga atau kuningan, perak (kupang), dan emas (dirham).
Stempel kerajaan
Terdapat stempel kerajaan Negeri Bandahara (kereajaan yang merupakan bagian dari Kerajaan Perlak) yang menggunakan huruf arab. Pada stempel tersebut tertulis kalimat “Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Syah 512”.
Itulah, beberapa peninggalan dari kerajaan yang diperkirakan merupakan kerajaan islam tertua di Indonesia. sekitar abad ke-12 M Kerajaan Perlak mulai mengalami kemunduran.
-
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 M. Kerajaan ini terletak di Kabupaten Lokseumae, Aceh Utara. Kerajaan ini merupakan gabungan dari 2 kerajaan yang sedang mengalami kemunduran, yaitu Kerajaan Pase dan Kerajaan Perlak. Kedua kerajaan tersebut dipersatukan oleh penguasa daerah pada saat itu, Marah Silu (Meurah Silu) yang dibantu Syeh dari Makkah, Syeh Ismail.
Marah Silu merupakan raja pertama sekaligus pendiri kerajaan ini, raja yang mendapat gelar Sultan Malik al Saleh. Tahun 1297 Sultan Malik al Saleh meninggal, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Mahmud. Pada saat kepemimpinan Sultan Muhammad Malik al Tahir (1297-1326) kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama islam.
Pada tahun 1326 Sultan Muhammad Malik al Tahir meninggal digantikan oleh putranya Sultan Ahmad, sultan yang juga bergelar Malik al Tahir (1326-1348).
Portugis.
Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai dibuktikan dengan beberapa peninggalan, seperti makam Sultan Malik al Saleh, makam Sultan Zainal Abidin, naskah surat Sultan Zainal Abidin, makam Ratu al Aqla, cakra donya, dan stempel kerajaan.
-
Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh diperkirakan berdiri pada tahun 1514. Kerajaan ini terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan sebutan Kabupaten Aceh Besar. Raja pertama Kerajaan Aceh, yaitu Raja Ibrahim (1514-1528), yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah. Di bawah kepemimpinan Sultan Ali Kerajaan Aceh menjadi kerjaan yang besar dan kokoh. Namun, ia memimpin dalam waktu yang tidak lama.
Pada tahun 1528 Sultan Ali Mughayat meninggal dan digantikan oleh putranya Sultan Salahuddin (1528-1537), kemudian ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Alaudin Ri’ayat Syah (1537-1568), yang medapat gelar Al Qohhar berkat kegagahan dan keberhasilannya mengusai beberapa wilayah.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), di bawah kepemimpinannya Kerajaan Aceh memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luat. Selain itu, kerajaan ini juga berhasil menjalin kerjasama dengan para pemimpin islam di Arab. Hubungan yang terjalin tersebut pada masa kekhalifahan Ustmaniyah.
Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sejak tahun 1941. Salah satunya adalah karena semakin menguatnya pengaruh Belanda di Malaka. Kemunduran tersebut ditandai dengan jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh ke tangan Belanda. Selain karena faktor tersebut, juga karena faktor perebutan kekuasaan di antara pewaris kerajaan.
Beberapa peninggalan Kerajaan Aceh, yaitu Masjid Raya Baiturrahman, makam Sultan Iskandar Muda, meriam Kerajaan Aceh, Benteng indrapatra, emas Kerajaan Aceh, dan Gunongan.
-
Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam pertama di pulau jawa. Pada awalnya wilayah ini bernama Bintoro, salah wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Karena semakin lemahnya pengaruh Kerajaan Majapahit, hal tersebut mengakibatkan beberapa penguasa daerah mulai membangun wilayah kekuasaannya sendiri, termasuk penguasa islam di pesisir pantai Jawa.
Mereka membangun wilayah kekuasaan islam dengan menunjuk Raden Patah sebagai raja dari Kerajaan islam pertama di pulau jawa ini. Setelah diangkat menjadi raja, Raden Patah mendapat gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidina Panatagama.
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478. Palembang, Maluku, Banjar, dan wilayah bagian utara pulau jawa merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Demak. Pada saat ulama penempati peranan penting di dalam kerajaan, Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa adalah penasehat kerajaan. Tahun 1207 Raden Patah digantikan oleh Putranya yang bernama Pati Unus. Pada masa kepemimpinannya Adipati Unus atau yang sering dijuluki Pangeran Sabrang Lor ini bersama dengan Kerajaan Aceh menyerang Portugis yang menduduki Malaka pada saat itu.
Pati Unus meninggal pada tahun 1521 dan digantikan oleh adiknya, yaitu Sultan Trenggono. Kerajaan ini mengalami kemunduran karena perebutan kekuasaan antar pewarisnya. Beberapa peninggalan Kerajaan demak, yaitu Masjid Agung Demak, Soko Tatal dan Soko Guru, Pintu Bleedek, Kentongan, Bedug, Dampar Kencana, Pirim Campa, Kolam Wudhu, dan Makrusah.
-
Kerajaan Pajang
Kerajaan ini didirikan pada tahun 1568 oleh Sultan Adi Wijaya atau yang lebih dikenal dengan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir merupakan menantu dari Sultan Trenggono, setelah menikah dengan putri Sultan Trenggono, Jaka Tingkir menjadi penguasa di Pajang. Setelah Sultan Trenggono meninggal Jaka Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang, dan memindahkan kerajaan Demak ke Pajang.
Pada tahun 1582 Jaka Tingkir atau Sultan Adi Wijaya meninggal dan digantikan oleh putranya, Pangeran Benowo. Pada masa kepemerintahan Pangeran Benowo, Pangeran Arya Pangiri dari Demak mencoba untuk merebut Kerajaan Pajang, namun mengalami kegagalan. Pangeran Benowo menyerahkan tahtanya kepada saudara angkatnya, Sutowijoyo.
Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan ini berdiri pada tahun 1586 di Kotagede, bagian tenggara dari Yogyakarta. Kerajaan ini didirikan oleh Sutowijoyo, saudara dari Pangeran Benowo. Sutowijoyo memiliki gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama setelah naik tahta pada tahun 1586. Pada tahun 1601 Sutowijoyo meninggal dan digantikan oleh Mas Jolang, yang memiliki gelar Panembahan Seda ing Krapyak.
Setelah Raden Mas Jolang meninggal, ia digantikan oleh Adipati Martapura, karena sering mengalami sakit Adipati Martapura pun akhirnya meninggal. Selanjutnya ia digantikan oleh Raden Mas Rangsang yang bergelar Panembahan Hanyakrakusuma, pada tahun 1640 ia mengganti gelarnya menjadi Sultan Agung Hanyakrakusuma, sekitar tahun 1640an ia mengganti gelarnya lagi menjadi Sultan Agung Senapati ing Alaga Ngaburrahman Khalifatullah.
Pada masa pemerintahannya kekuasaaan Kerajaan Mataran islam sangat luas. Kerajaan ini terletak di bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu, namun Kerajaan Mataram ini merupakan kerajaan bercorak islam.
Beberapa peninggalan dari Kerajaan mataram islam, yaitu tahun saka, kue kipo, kerajinan perak, pakaian kyai gundhil, kalang obong, gapura makah kotagede, batu datar, dan sastra gendhing karya Sultan Agung.
-
Kerajaan Islam Cirebon
Kerajaan ini berdiri pada tahun 1522, didirikan oleh Raden Fatahillah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama di Jawa Barat. Raden Fatahillah berjasa dalam menyebarkan agama islam di Jawa Barat. Karena kedudukannya sebagai Wali Songo, sehingga ia banyak dihormati oleh raja-raja lain di pulau Jawa, seperti raja dari Demak dan Pajang. Di bawah kepemimpinannya juga Kerajaan Cirebon ini memiliki banyak wilayah kekuasaan.
Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1570 dan digantikan oleh cicitnya yang bergelar Panembahan Ratu. Pada tahun 1650 Panembahan meninggal dan digantikan oleh putranya yang bergelar Penaembahan Girilaya. Setelah Panembahan Girilaya meninggal Kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi dua (tahun 1697) oleh kedua puranya, Martawijaya (Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom).
Beberapa peninggalan dari Kerajaan Islam Cirebon ini, yaitu Masjid Jami’ Pakuncen, Masjid Sang Cipta Rasa, Keraton Kacirebonan, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Makan, dan beberapa benda pusaka.
Kerajaan Islam Banten
Kerajaan ini didirikan pada tahun 1552 oleh Sultan Hasanudin, yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Setelah berhasil menaklukan Banten pada tahun 1525 Sunan Gunung Jati menyerahkan kekuasaan Banten kepada putranya tersebut.
Di bawah kepemimpinannya Kerajaan Islam Banten semakin kuat dan memiliki banyak wilayah kekuasaan, bahkan sampai ke Sumatera selatan dan Kelampung. Sultan Hasanudin menikah dengan putri Kerajaan Demak, yaitu putri dari Sultan Indrapura.
Kerajaan ini mencapai puncak kekuasaannya pada saat kepemimpinan Ki Ageng Tirtayasa. Beberapa peninggalan Kerajaan Islam Banten ini, yaitu Istana Keraton Surosowan Banten, Istana Keraton Kaibon Banten, Masjid Agung Banten, Vihara Avalokitesvara, Benteng Speelwijk, Meriam Ki Amuk, Danau Tasikardi, Keris Naga Sasra, dan Keris Panunggul Naga.
-
Kerajaan Islam Banjar
Kerajaan ini berdiri pada tahun 1520, terletak di Kalimantan Selatan. Dengan bantuan dari Kerajaan Demak, Kerajaan Banjar berhasil meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Nagaradaha, kerajaan yang menguasai Banjarmasin pada saat itu. Bantuan tersebut tidak diberikan secara gratis, ada syarat yang harus dipenuhi oleh Kerajaan Banjar, yaitu memeluk agama islam.
Raja pertama dari Kerajaan Islam Banjar adalah Raden Samudra. Setelah masuk islam mendapat gelar Sultan Suryanullah. Setelah wafat, ia digantikan oleh Sultan Rahmatullah (1545-1570). Dalam waktu yang cukup singkat agama islam juga mulai dianut oleh masyarakat di Kalimantan, seperti Bugis, dan masyarakat bagian timur Kalimantan. Peninggalan dari Kerajaan Islam Banjar, yaitu Masjid Sultan Suriansyah dan Candi Agung Amuntai.
-
Kerajaan Kutai Kalimantan Timur
Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri sekitar abad ke-13 M. Raja pertama kerajaan tersebut adalah Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Sekitar abad ke-16 M, kerajaan ini pernah menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura (Kerajaan Kutai bercorak Hindu-Budha), sehingga kedua kerajaan tersebut dapat disatukan dan namanya berubah menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Islam mulai masuk di Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ini sekitar abad ke-17 M, yang dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan. Karena raja pada saat itu telah memeluk agama islam sehingga ia segera membangun sebuah masjid di daerah tersebut. Selain membangun sebuah masjid, ia juga membuka pengajaran agama islam.
2. Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia
Pada masa kedatangan agama Islam, penyebaran agama Islam dilakukan oleh para pedagang Arab dibantu oleh para pedagang Persia dan India. Abad ke 7 Masehi merupakan awal kedatangan agama Islam. Pada masa ini, baru sebagian kecil penduduk yang bersedia menganutnya karena masih berada dalam kekuasaan raja-raja Hindu-Budha.
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya berlangsung dalam waktu yang lama yaitu dari abad ke 7 sampai abad ke 13 Masehi. Selama masa itu, para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia makin intensif menyebarkan Islam di daerah yang mereka kunjung terutama di daerah pusat perdagangan. Di samping itu, para pedagang Indonesia yang sudah masuk Islam dan para Mubaligh Indonesia juga ikut berperan dalam penyebaran Islam di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, pengaruh Islam di Indonesia makin bertambah luas di kalangan masyarakat terutama di daerah pantai.
Pada akhir abad ke 12 Masehi, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot. Seiring dengan kemunduran pengaruh Sriwijaya, para pedagang Islam beserta para mubalighnya kian giat melakukan peran politik. Misalnya, saaat mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya.
Menjelang berakhirnya abad ke 13 sekitar tahun 1285 berdiri kerajaan bercorak Islam yang bernama Samudra Pasai. Malaka yang merupakan pusat perdagangan penting dan juga pusat penyebaran Islam berkembang pula menjadi kerajaan baru dengan nama Kesultanan Malaka.
Pada awal abad ke 15, kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan, bahkan pada tahun 1478 mengalami keruntuhan. Banyak daerah yang berusaha melepaskan diri dari kerajaan Majapahit. Pada tahun 1500, Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Berkembangnya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam ini kemudian disusul berdirinya Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Di luar Jawa juga banyak berkembang kerajaan yang bercorak Islam seperti Kesultanan Ternate, Kesultanan Gowa, dan kesultanan Banjar.
Melalui kerajaan-kerajaan bercorak Islam itulah, agama Islam makin berkembang pesat dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Agama Islam tidak hanya dianut oleh penduduk di daerah pantai saja, tetapi sudah menyebar ke daerah-daerah pedalaman.
Saluran Penyebaran Agama Islam di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dialakukan secara damai melalui beberapa saluran berikut:
- Saluran perdagangan, proses penyebaran agama Islam dilakukan oleh para pedagang muslim yang menetap di kota-kota pelabuhan untuk membentuk perkampungan muslim, misalnya Pekojan. Saluran ini merupakan saluran yang dipilih sejak awal sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
- Saluran perkawinan, proses penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara seseorang yang telah menganut Islam menikah dengan seorang yang belum menganut Islam sehingga akhirnya pasangaannya itu ikut menganut Islam.
- Saluran dakwah, proses penyebaran Islam yang dilakukan dengan cara memberi penerangan tentang agama Islam seperti yanbg dilakukan wali Songo dan para ulama lainnya.
- Saluran pendidikan, proses ini dilakukan dengan mendirikan pesantren guna memperdalam ajaran-ajaran Islam yang kemudian menyebarkannya.
- Saluran seni budaya, proses penyebaran Islam menggunakan media-media seni budaya seperti pergelaran wayang kulit yang dilakukan Sunan Kalijaga, upacara sekaten, dan seni sastra.
- Proses tasawuf, penyebaran Islam dilakukan dengan menyesuaikan pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada ajaran agama Hindu dan Budha.
3. Alasan Agama Islam Mudah Diterima Masyarakat Indonesia
Proses penyebaran Islam di Indonesia berjalan dengan cepat karena didukung faktor-faktor berikut :
- Syarat masuk Islam sangat mudah karena seseorang dianggap telah masuk Islam jika ia telah mengucapkan kalimah syahadat.
- Pelaksanaan ibadah sederhana dan biayanya murah.
- Agama Islam tidak mengenal pembagian kasta sehingga banyak kelompok masyarakat yang masuk Islam karena ingin memperoleh derajat yang sama.
- Aturan-aturan dalam Islam bersifat fleksibel dan tidak memaksa.
- Agama Islam yang masuk dari Gujarat, India mendapat pengaruh Hindu dan tasawuf sehingga mudah dipahami.
- Penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan secara damai tanpa kekerasan dan disesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang ada.
- Runtuhnya kerajaan Majapahit pada akhir abad ke 15 yang memudahkan penyebaran Islam tanpa ada pembatasan dari otoritas Kerajaan Hindu-Budha.